Home /
Uncategories /
PUISI : MUSIM DINGIN DIKALA TERIK
PUISI : MUSIM DINGIN DIKALA TERIK
buah pena ; Yudha Palistiandika
Musim
ini tangis ku tak tak henti, dadaku sesak, dan irama jantungku tak menentu.
Katamu
kamu tahu tentang aku, sahabat?...
Katamu
kita pernah bertukar cerita dikala penat malam, sahabat?...
Katamu
kita seperjuangan, sahabat?...
Katamu
kita saling follow dan followback ,sahabat?....
Sajak
itu bagai lukisan warna diatas kanpas lalu tumpah ruah terhapus tinta hitam.
Masih
lekat dibenak kalian al!.. sa!.. dya!... kesalahan yang kubuat, tetapi
bukankah setiap manusia punya kesalahan, TUHAN ?....
TUHAN,,
aku ingin bertanya dikala senja, dikala terik dan dikala larut malam.
“Apa
semua manusia itu suci? Lalu kenapa ada surga dan neraka…”
Apakah
aku begitu dingin bagai es dimusim semi bagi kalian?
Jawab sahabat! kalian Cuma bisa mencaci dengan mulut suci kalian…
kalian
suci? Kalau begitu sucikan semua umat
ini
Tanya
malaikat disisi kalian, sahabat..
Kalian
cuma bisa mengacungkan aku dengan jari tengah kalian.
Dan
kalian Cuma bisa… blaaaaa…. Blaaaa… blaaaa.. dibelakangku
Klarifikasi?
Apa itu?
Mulutku
berbusa bagai sabun berbicara dihadapan kalian.
Aku bersandiawara?.......
iyahhh…
aku actor dikala cecap pagi diujung tembok jerman.
Aku lelah dengan cecurut bayangan semu kalian.
Penat.........
Hatiku
remuk redam saat rasa kalian hilang, saat ucapan itu menyemarak sidang malam
ini.
Sial,
rupanya tak ada cinta lagi disini.
Atap
ini tak meneduhkan kita lagi, tembok ini makin menghalangi jarak, lantai ini
bukan untuk berpijak, dan isi semua ini tak ada artinya lagii….
Rupanya
hanya sampai ini kita berkolaborasi, sahabat
Dam sekarang kamu klik unfollow dan block takdir kita..
Terima
kasih selama 3 tahun ini kita merajut mimpi
Pages
0 komentar:
Posting Komentar